A.
PENDAHULUAN
Sudah dapat
dipastikan bahwa setiap pendidik yang melaksanakan pembelajaran melakukan
penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya. Sebab menilai hasil belajar
peserta didik menjadi bagian integral dari tugas pendidik, penilaian pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar
oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan penilaian
hasil belajar oleh Pemerintah.[1]
Oleh karena itu setiap pendidik wajib melakukan penilaian hasil belajar para
peserta didik nya.
Pembelajaran
haruslah memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pengalaman sehingga
dapat mengembangkan tingkah lakunya sesuai sasaran belajar yang telah
dirumuskan. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan bahan ajar dan latihan
yang dipilih dan disusun secara teliti agar tujuan benar-benar dapat dicapai
dengan baik. Upaya untuk memastikan ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran itu
dilakukan dengan menyelenggarakan rangkaian evaluasi terhadap hasil pembelajaran
yang telah dilakukan selama kurun waktu tertentu yang telah direncanakan.
Itulah hakekat evaluasi dalam desain penyelenggaraan pembelajaran sebagai
bagian akhir dari rangkaian ketiga pokok kegiatan tersebut diatas.
Penilaian yang
dilaksanakan oleh pendidik sangat bervariasi pelaksanaannya.[2]
Ada pendidik yang sengaja mempersiapkannya dengan baik ada pula yang
melaksanakan penilaian itu sekedar memenuhi kelengkapan mengajarnya. Bagi
pendidik yang profesional yang memandang tugasnya sebagai keahlian khusus yang
tidak dimiliki oleh profesi lain, hasil penilaian yang dilaksanakan justru
menjadi batu uji bagi keberhasilan dirinya sebagai pengajar dan pendidik
sehingga senantiasa dimanfaatkan untuk perbaikan dan penyempuranaan tugas-tugas
profesinya. Ia selalu berusaha mempersiapkan, melaksanakan, dan mengkaji hasil
penilaian dengan sebaik-baiknya. Kondisi inilah yang diduga masih belum
sepenuhnya dihayati oleh para pendidik di sekolah sehingga tidak mengherankan
tugas mengajar cenderung bersifat rutin.
Kita mengetahui
bahwa penilaian dalam kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting.
Penilaian dilakukan selama proses pemebelajaran maupun setelah proses
pembelajaran. Jika kita perhatikan lebih teliti, terdapat perbedaan yang sangat
mendasar pada kurikulum dari tahun ke tahun yaitu terletak pada ranah
penilaiannya. Dalam kurikulum 2004 siswa dinilai ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik, sementara pada kurikulum 1994 siswa dinilai ranah kognitifnya
saja.[3]
Penilaian dalam
ranah kognitif pada pembelaajaran menuntut guru untuk melakukan variasi
jenis-jenis penilaian. Pada kurikulum yang sekarang ini siswa lebih dituntut
agar berkemampuan untuk memahami konsep, mengetahui posedur, mengomunikasikan
gagasan atau ide, bernalar serta memecahkan suatu permasalahan.
Salah satu
jenis penilaian yang memenuhi tuntutan
tersebut adalah penilaian produk. Meskipun sudah banyak yang menggunakan jeis
penilaian ini, akan tetapi ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat beberapa
kesalahan dalam melakukanya, sehingga perlu
untuk mempelajari lebih jauh tentang penilaian produk ini.
B.
PENILAIAN PRODUK
1.
Pengertian
Penilaian
produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung,
lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik dan logam.
Produk yang dibuat adalah benda-benda yang bermanfaat bagi diri siswa atau bagi
lingkungan siswa.[4]
Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga proses
pembuatannya. Contoh, kemampuan peserta didik menggunakan berbagai teknik
menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik,
bercita rasa enak, dan berpenampilan menarik.
2.
Tahapan Dalam Membuat Suatu Produk
Dalam membuat
suatu hasil kerja, ada tiga tahapan yang harus dilalui siswa yaitu tahapan
perencanaan atau perancangan, tahapan produksi, dan tahapan akhir.[5]
Meskipun terdiri atas beberapa tahap yang berbeda tetapi kesemua tahap tersebut
merupakan suatu proses yang padu. Karena ketiga tahap tersebut merupakan proses
yang padu, maka guru dapat melakukan penilaian tentang kemampuan siswa dalam
memilih teknik kerja pada tahap produksi dan pada tahap akhir.
Penilaian
produk dilaksanakan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
a)
Pada
tahap persiapan, siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan kemudian
membuat desain (rancangan) produk apa yang akan dibuat. Guru memberi
saran-saran untuk melengkapi gagasan atau meyempurnakan desain. Pada akhir
tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk.
b)
Pada
tahap pembuatan produk, siswa memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik
yang sesuai dengan desain yang telah disusun. Dalam proses pembuatan
dimungkinkan siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru. Pada akhir
tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa menyeleksi dan
menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c)
Pada
tahap penyerahan, siswa menyajikan produk atau memamerkannya kepada komunitas
sekolah disertai uraian tertulis mengenai seluk-beluk produk tersebut, seperti
maksud, ciri-ciri, proses perancangan dan pembuatan, dan lain-lain. Pada akhir
tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk
sesuai kegunaan dan memenuhi kriteria yang telah disepakati.
3.
Perencanaan Dalam Melaksanakan Penilaian Produk
Pada waktu
melakukan penilaian hasil kerja siswa, guru harus menentukan dulu hasil kerja
siswa yang mana saja yang akan dijadikan dasar dalam menentukan tingkat
kompetensi siswa. Berikut ini kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
hasil kerja siswa yang akan dipilih guru untuk penilaian:[6]
a.
Relevan
dan mewakili kompetensi yang diukur
Penilaian
sebaiknya didasarkan pada sejumlah hasil kerja yang relevan dengan kompetensi
yang diukur. Selain itu penilaian juga sebaiknya didasarkan pada seluruh aspek
kompetensi (bukan pada salah satu aspek saja). Seperti misalnya penilaian hanya
menekankan pada kualitas hasil kerja tanpa menilai proses kerja, atau penilaian
hanya menekankan pada keterampilan saja tanpa mengukur pemahaman siswa. Hal
yang demikian akan memberikan dampak negatif terhadap proses belajar mengajar.
Strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan lingkup hasil
kerja adalah:
1)
Menetapkan
kompetensi yang akan diukur setiap memberikan tugas kepada siswa. Perlu diingat
pada waktu memberikan tugas kepada siswa sebaiknya tugas tersebut tidak hanya
memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi yang diukur tetapi juga
memungkinkan siswa untuk dapat menunjukkan kompetensi setingkat di atasnya dan
kompetensi setingkat di bawahnya.
2)
Menetapkan
kompetensi yang akan diukur pada tiap tahap dalam pengerjaan hasil kerja (dalam
tahap perencanan, produksi, dan akhir).
b.
Jumlah
dan objektivitas hasil kerja
Semakin banyak hasil kerja yang dinilai untuk masing-masing
kompetensi maka kesimpulan yang dihasilkan akan semakin handal. Untuk
memperoleh penilaian hasil kerja yang handal biasanya digunakan portofolio
kerja siswa. Penilaian hasil kerja yang objektif adalah penilaian yang tidak
dipengaruhi oleh jenis dan bentuk hasil kerja siswa, serta tidak dipengaruhi
oleh guru yang menilai.
Contoh keterampilan
siswa yang dapat dinilai pada waktu proses pembuatan suatu produk:
a.
Tahap
persiapan: keterampilan siswa untuk membuat perencanaan, kemampuan siswa untuk
merancang suatu produk, atau kemampuan siswa untuk menggali dan mengembangkan
suatu ide.
b.
Tahap
produksi: kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan teknik
kerja.
c.
Tahap
akhir: kemampuan siswa untuk menghasilkan produk yang memenuhi kriteria (fungsi
dan estetika), kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya.
4.
Tujuan Dilakukannya Penilaian Produk
Guru harus
memahami tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi kekeliruan dalam
menyusun kisi-kisi instrument penilaian. Penilaian hasil kerja biasa digunakan
guru untuk:[7]
a.
Menilai
penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan
berikutnya.
b.
Menilai
tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang/ kelas
di sekolah kejuruan.
c.
Menilai
keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan.
Selain itu
penilaian produk akan menilai kemampuan siswa dalam bereksplorasi dan
mengembangkan gagasan dalam mendesain, memilih bahan-bahan yang tepat, menggunakan
alat, menunjukkan inovasi dan kreasi, memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.
5.
Pengelolaan Hasil Kerja
Dalam menilai
hasil kerja, guru perlu mengelola sejumlah hasil kerja siswa dan mencatat hasil
penilaiannya. Biasanya guru sudah merencanakan selama satu tahun ajaran bukti
hasil kerja siswa yang harus dikumpulkan. Bermanfaat tidaknya hasil kerja siswa
untuk digunakan sebagai dasar penilaian tergantung pada spesifikasi tugas yang
diberikan kepada siswa.[8]
Spesifikasi tugas pada lembar kerja yang sifatnya umum atau tidak rinci, yang
berarti memberi keleluasaan besar bagi siswa untuk berkreasi, akan mempersulit
siswa untuk memenuhi tugas yang dimaksud.
Oleh karena itu
spesifikasi tugas sebaiknya berisi hal-hal sebagai berikut:
a.
Batasan
pada tahap perencanaan/ perancangan. Batasan diberikan untuk membantu siswa
agar dapat memfokuskan diri pada proses kerja. Selain itu batasan diperlukan
untuk mempermudah guru menilai keterampilan atau kompetensi yang diukur dalam
tugas tersebut.
b.
Merinci
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam membuat suatu hasil kerja. Hal
ini akan membantu siswa untuk memfokuskan diri pada langkah-langkah yang akan
dinilai.
c.
Menyusun
kriteria penilaian secara jelas. Rincian tentang aspek, kompetensi, langkah,
kualitas yang akan dinilai perlu ditulis secara eksplisit disertai nilainya.
Bila hasil penilaian produk ini diperlukan untuk membandingkan
individu satu dengan individu lainnya, maka keadilan penilaian perlu
diperhatikan.
6.
Penilaian dan Pencatatan Hasil Kerja Siswa
Penentuan
tingkat kompetensi siswa pada penilaian yang bersifat perkembangan biasanya
didasarkan pada observasi dan penilaian hasil kerja siswa. Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan guru untuk menilai dan mencatat hasil kerja siswa
antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Anekdotal
Anekdotal
adalah catatan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan terhadap siswa pada
waktu kegiatan belajar mengajar. Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat
kompetensi yang belum terlihat pada hasil kerja siswa, misalnya kemampuan siswa
untuk bekerjasama, kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman, atau
kemampuan siswa untuk memilih bahan kerja yang tepat. Agar anekdotal dapat
dimanfaatkan secara maksimal maka sebaiknya guru melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Menentukan
kompetensi yang akan diamati dan bagaimana mengamatinya. Misalnya guru akan
mengamati kemampuan siswa mengorganisasi dan menerapkan prosedur kerja yang
benar maka hal-hal yang perlu diamati adalah kerapianruang kerja siswa,
penggunaan alat secara aman, dan penerapan prinsip-prinsip kenyamanan dalam
kerja.
2.
Menentukan
secara sistematis siswa yang akan diamati karena guru tidak mungkin mengamati
seluruh siswa dalam satu kali kegiatan belajar mengajar. Dengan cara bergantian
tersebut semua siswa akhirnya akan dapat diamati daripada mengamati seluruh
siswa dalam satu kegiatan.
b.
Skala
penilaian analitis
Analytic Rating
adalah penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek pada hasil kerja siswa.
Dalam analytic rating guru menilai hasil kerja siswa dari berbagai perspektif
atau kriteria. Misalnya pada jurusan seni dan desain, hasil karya siswa dinilai
selain dari segi keterampilan teknis juga pemahaman dasar-dasar dari desain.
Analytic Rating biasanya digunakan untuk menilai kemampuan pada
tahap perencanaan/ perancangan dan tahap akhir. Pada kedua tahap tersebut guru
dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari berbagai perspektif atau
kriteria. Untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan beberapa kriteria
yang harus dipenuhi.
c.
Skala
penilaian holistik
Penilaian
holistik adalah penilaian terhadap hasil kerja siswa secara keseluruhan.
Penilaian holistik biasanya digunakan untuk penilaian pada tahap akhir seperti
penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian terhadap kemampuan
siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya.
Contoh Pemetaan Penilaian Produk
Mata Pelajaran :
PAI
Kelas/Semester :
Standart kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Kriteria Ketuntasan
|
Aspek
|
Tekik Penilaian
|
|||||
Tes
|
Performance
|
sikap
|
produk
|
proyek
|
portofolio
|
|||||
Memahami hukum Halal dan Haram
|
Menentukan Klasifikasi makanan dan minuman berdasarkan hukum
halal haram
|
Membuat nasi goreng malaikat yang halal, menarik dan lezat mulai
dari pembuatan sampai penyajian
|
80
|
Pemahaman materi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
|
v
|
Mata Pelajaran : PAI
Nama Produk : Nasi
Goreng Malaikat
Alokasi Waktu : 1
Minggu
Aspek :
Pemahaman Materi dan Aplikasinya
Nama siswa/kelompok: Siti Markona/Tokek Belang
no
|
aspek
|
Skor (1-4)
|
1
|
Perencanaan dan pemilihan bahan
|
|
2
|
Proses pembuatan
-
Persiapan
alat dan bahan
-
Teknik
pembuatan dan penyajian
|
|
3
|
Hasil produk
-
Bentuk
fisik
-
Inovasi
-
Rasa
|
|
Total Skor
|
Contoh soal:
Buatlah satu porsi Nasi goreng malaikat yang lezat dan halal
Rubrik Penskoran
Level
|
Deskripsi
|
4 (superior)
|
-
Membuat
perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-
Menggunakan
alat dan bahan yang baik dan halal
-
Membuat
uraian langkah-langkah pembuatan
-
Hasil
yang diperoleh sangat bagus, halal dan lezat
-
Terdapat
unsur inovasi
|
3 (memuaskan)
|
-
Membuat
perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-
Menggunakan
alat dan bahan yang baik dan halal
-
Membuat
uraian langkah-langkah pembuatan
-
Hasil
yang diperoleh sangat bagus, halal dan lezat
-
Tidak
terdapat unsur inovasi
|
2 (cukup memuaskan)
|
-
Membuat
perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-
Menggunakan
alat dan bahan yang baik dan halal
-
Membuat
uraian langkah-langkah pembuatan
-
Hasil
yang diperoleh biasa
-
Tidak
terdapat unsur inovasi
|
1 (cukup)
|
-
Membuat
perencanaan alat dan bahan yang baik dan halal
-
Menggunakan
alat dan bahan yang baik dan halal
-
Tidak
membuat uraian langkah-langkah pembuatan
-
Hasil
yang diperoleh biasa
-
Tidak
terdapat unsur inovasi
|
C.
Penutup
Proses evaluasi yang dahulu dilaksanakan
secara sempit dan terbatas yaitu hanya melakukan test tertulis sekarang
nampaknya harus bergeser ke arah sistem penilaian yang lebih holistik dan
menyentuh pada indikator hasil pembelajaran sebagai bukti dari pengalaman
belajar yang telah siswa alami.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
adanya proses penilaian yang tidak hanya mengukur satu aspek kognitif saja,
akan tetapi juga perlu adanya penilaian baru yang bisa mengukur aspek proses atau
kinerja siswa secara aktual yang dapat mengukur kemampuan hasil belajar peserta
didik secara holistik atau keseluruhan. Sehingga diperlukan bentuk assessment lain
yang disebut product assessment.
Penilaian hasil kerja siswa (Product Assessment) adalah penilaian
terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan
kualitas produk tersebut. Jadi dalam penilaian hasil kerja siswa terdapat dua
tahapan penilaian yaitu: (1) penilaian tentang pemilihan dan cara penggunaan
alat serta prosedur kerja siswa; (2) penilaian tentang kualitas teknis maupun
estetik hasil karya/ kerja siswa.
[1] . Jika
kita perhatikan lebih teliti, terdapat perbedaan yang sangat mendasar pada
kurikulum dari tahun ke tahun yaitu terletak pada ranah penilaiannya. Dalam
kurikulum 2004 siswa dinilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,
sementara pada kurikulum 1994 siswa dinilai ranah kognitifnya saja.lihat pada Undang-undang
sistem pendidikan nasional (sisdiknas) UU RI no.20 (Jakarta: SL Media,
2011), 35.
[2] Abdul
Majid, Perencanaan Pebelajaran (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2006),
187.
[3] Undang-undang
sistem pendidikan nasional (sisdiknas) UU RI no.20 (Jakarta: SL Media,
2011), 35.
[4] Mimin
Haryti, Model dan teknik penilaian KTSP (Jakarta: GP Press, 2007), 104.
[5] Ibid.,
125.
[6] Anas
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), 79.
[7] Mimin
Haryti, Model dan teknik penilaian KTSP (Jakarta: GP Press, 2007), 118.
[8]
Depdiknas, Model Penilaian Kelas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, 14.
makalah di presentasikan dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar